ANALISA START MOTOR INDUKSI
MENGGUNAKAN SUDUT PENYALAAN SCR
Oleh:
Berlin Saragih
Prodi Teknik Elektro Universitas Darma Agung
diterbitkan di Jurnal AKADEMIA, kopertis Wilayah I Medan
Vol. 18 No. 4 Oktober 2014 hal 15 - ISSN : No. 1410-1315
Vol. 18 No. 4 Oktober 2014 hal 15 - ISSN : No. 1410-1315
Abstract
Generally the
induction motor can be started by connecting the motor directly to the voltage source or by soft starting with
regulator voltage to decrease the starting current. There are several methods
of starting by regulating the input voltage with primary resistance starter or
by autotransformer starter to avoid the higher current. The starting method is
operating manually or magnetically. To have the starting electronically we need
a power electronic apparatus which operate to regulate voltage. The voltage regulator can be done by
giving trigger signal using silicon control rectifier (SCR)
I. PENDAHULUAN
Motor
induksi adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran rotornya
tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan
putaran medan stator terdapat selisih putaran yang disebut slip. Pada umumnya
motor induksi dikenal ada dua macam berdasarkan jumlah fasa yang digunakan,
yaitu: motor induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa. Sesuai dengan
namanya motor induksi satu fasa dirancang untuk beroperasi menggunakan suplai
tegangan satu fasa.
Motor
induksi satu fasa sering digunakan sebagai penggerak pada peralatan yang
memerlukan daya rendah dan kecepatan yang relatif konstan. Hal ini disebabkan
karena motor induksi satu fasa memiliki beberapa kelebihan yaitu konstruksi
yang cukup sederhana, kecepatan putar yang hampir konstan terhadap perubahan
beban, dan umumnya digunakan pada sumber jala-jala satu fasa yang banyak
terdapat pada peralatan domestik. Walaupun demikian motor ini juga memiliki
beberapa kekurangan, yaitu kapasitas pembebanan yang relatif rendah, tidak
dapat melakukan pengasutan sendiri tanpa pertolongan alat bantu dan efisiensi
yang rendah.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan suatu
thyristor untuk mengatur arus start pada motor induksi jika dibandingkan dengan
starting motor induksi secara langsung.
Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium mesin mesin
listrik jurusan elektro fakultas teknik Universitas Darma Agung Medan pada
bulan April sampai dengan Juni 2014.
II. Uraian
teoritis
II.1. Konstruksi Umum
Konstruksi
motor induksi satu fasa hampir sama dengan konstruksi motor induksi tiga fasa,
yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Keduanya merupakan
rangkaian magnetik yang berbentuk silinder dan simetris. Di antara rotor dan
stator ini terdapat celah udara yang sempit.
Gambar 1.
Konstruksi Umum Motor Induksi Satu Fasa.
Sumber : BL.Theraja, 1990
Stator
merupakan bagian yang diam sebagai rangka tempat kumparan stator yang
terpasang. Stator terdiri dari : inti stator, kumparan stator, dan alur stator.
Motor induksi satu fasa dilengkapi dengan dua kumparan stator yang dipasang
terpisah, yaitu kumparan utama (main winding) atau sering disebut dengan
kumparan berputar dan kumparan bantu (auxiliary winding) atau sering
disebut dengan kumparan start.
Rotor
merupakan bagian yang berputar. Bagian ini terdiri dari : inti rotor, kumparan
rotor dan alur rotor. Pada umumnya ada dua jenis rotor yang sering digunakan
pada motor induksi, yaitu rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar
(squirrel cage rotor).
II.2. Prinsip Kerja Motor Induksi
Satu Fasa(Zuhal,1994)
Apabila
kumparan-kumparan motor induksi satu fasa dialiri arus bolak-balik satu fasa,
maka pada celah udara akan dibangkitkan medan yang berputar dengan kecpatan
putaran sebesar dengan menggunakan rumus :
Dimana:
Ns =
Kecepatan putaran Sinkron(rpm}
f = Frekwensi Sumber(ciklus/detik)
p = Jumlah kutup
Medan
magnet berputar bergerak memotong lilitan rotor sehingga menginduksikan
tegangan listrik pada kumparan-kumparan tersebut. Biasannya lilitan rotor
berada dalam hubung singkat. Akibatnya lilitan rotor akan mengalir arus listrik
yang besarnya tergantung pada besarnya tegangan induksi dan impedansi rotor.
Arus listrik yang mengalir pada rotor akan mengakibatkan medan magnet rotor
dengan kecapatan sama dengan kecepatan medan putar stator (ns). Interaksi medan
stator dan rotor akan membangkitkan torsi yang menggerakan rotor berputar
searah dengan arah medan putar stator. Interaksi medan stator dan rotor juga
menyebabkan terjasinya gaya gerak listrik induksi yang disebabkan oleh
kumparan-kumparan stator dan rotor. Rumusan matematis gaya gerak listrik yang
terjadi pada motor induksi satu fasa dengan rumusan sebagai berikut :
Dimana :
C = konstanta persamaan
E = gaya gerak listrik (volt)
Φ = flux medan yang
berbanding lurus dengan arus medan(weber)
N = kecepatan Putaran (rpm)
II.3 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Satu Fasa(B.L.Theraja
1990)
Konsep medan putar ganda pada
motor induksi satu fasa menjelaskan bahwa fluks yang dihasilkan ekivalen dengan
dua buah fluks yang mempunyai besar yang sama dan berputar dalam arah yang
berlawanan pada kecepatan sinkron. Masing-masing fluks ini akan mengimbaskan
komponen arus rotor dan menghasilkan gerak motor induksi seperti pada motor
induksi fasa banyak.
Hal
yang sederhana dan penting bahwa motor induksi ini hanya beroperasi pada
kumparan utama.
1. Pada
Keadaan Diam
Pada
saat keadaan diam, jika rangkaian stator dihubungkan dengan tegangan satu fasa,
maka motor induksi dapat dinyatakan sebagai transformator dengan kumparan
sekunder terhubung singkat. Rangkaian motor induksi satu fasa tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.
Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Satu Fasa
Dengan menggunakan konsep
medan putar fluks yang dihasilkan kumparan stator dapat dipecah menjadi dua
bagian yaitu : medan putar maju dan medan putar mundur. Kedua medan putar ini
akan mengimbaskan ggl pada kumparan rotor sehingga tahanan dan reaktansi pada
kumparan rotor diekivalenkan masing-masing adalah setengah dari nilai tahanan
dan reaktansi kumparan rotor sesungguhnya, yaitu
dan
seperti yang terlihat
pada Gambar 3.
Gambar 3.
Motor Induksi Satu Fasa Dalam Keadaan Diam
2. Pada Saat Beroperasi
Pada saat kecepatan motor
induksi mulai bertambah dan bekerja hanya pada kumparan utama. Pada arah medan
maju menggunakan slip s, arus rotor yang diimbaskan medan maju mempunyai
frekuensi s.f, dimana f adalah frekuensi stator. Arus rotor ini akan
menghasilkan fluks yang bergerak maju pada kecepatan slip. Fluks ini akan
membangkitkan ggl dengan arah maju pada kumparan utama stator. Pangaruh pada
rotor jika dilihat dari sisi stator dapat dinyatakan sebagai suatu impedansi
sebesar 0,5
+ j 0,5
paralel dengan
dan
.
Pada
arah medan putar mundur, rotor tetap bergerak dengan slip s berpatokan pada
medan maju dan besarnya kecepatan putar medan maju adalah
Kecepatan
relatif dari rotor dengan berpatokan pada medan mundur adalah : 1+ n,
Atau besarnya
slip terhadap medan mundur adalah :
Selanjutnya
medan mundur mengimbaskan arus rotor dengan frekuensi (2 – s)f. Arus rotor ini akan
menghasilkan fluks yang bergerak mundur. Fluks ini akan mengimbaskan ggl pada
medan mundur kumparan stator. Pengaruh
tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 4.
Gambar 4.
Motor Induksi Satu Fasa Dalam Keadaan Beroperasi
Dengan
menggunakan rangkaian ekivalen di atas, kita dapat menghitung arus stator, arus
rotor, daya masukan, dan faktor daya untuk sembarang harga slip apabila
tegangan yang diberikan dan impedansi motor diketahui.
Dari
rangkaian di atas, didapat :
dan
Dimana :
= Resistansi kumparan stator
= Resistansi kumparan rotor
= Reaktansi bocor kumparan stator
= Reaktansi bocor kumparan rotor
= Reaktansi pemagnetan
= Tahanan inti
= Impedansi pemagnetan
= Arus pada kumparan stator
II.4. SILICON
CONTROLLER RECTIFIER (SCR)(B.L.Theraja,1990)
1. Thyristor
Thyristor berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pintu”. Dinamakan
demikian karena sifat dari komponen ini yang mirip denga pintu yang dapat
dibuka dan ditutup untuk melewati arus listrik. Ada beberapa komponen yang
termasuk thyristor antara lain PUT (programeble uni-junction transistor), UJT
(uni-junction transistor), GTO (gate turn off switch), photo SCR dan
sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang dikemukakan adalah bagian dari tipe
thyristor yaitu SCR (silicon controlled rectifier). Lebih jelasnya dapat
melihat bagaimana prinsip kerja serta aplikasinya.
2. Struktur Thyristor
Ciri – ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen
yang terbuat dari bahan semikonduktor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi
struktur P-N junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor
bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch)
ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.
Gambar 5. Struktur
Thyristor
Struktur
dasar thyristor adalah stuktur 4 lapis PNPN seperti yang ditunjukkan pada
gambar 5. jika dipilih, struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur
junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah seperti pada gambar 13b. ini
tidak lain adalah dua buah transistor PNP dan NPN yang tersambung pada masing –
masing kolektor dan base. Jika difisualisasikan sebagai transistor Q1
dan Q2, maka struktur thyristor ini dapat diperlihatkan seperti
berikut ini.
Gambar 6. Struktur fisik dan visualisasi dari thyristor serta simbolnya
Terlihat di sisi kolektor transistor Q1
tersambung pada base transistor Q2 dan sebaliknya kolektor
transistor Q2 tersambung pada base transistor Q1.
Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan arus di
bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic = b Ib, yaitu
arus kolektor adalah penguatan dari arus base.
Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang
mengalir pada base transistor Q2, maka akan ada arus Ic
yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus
base Ib pada transistor Q1, sehingga akan muncul
penguatan pada arus kolektor tansistor Q2. demikian seterusnya
sehingga makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan
mengecil dan hilang. Tertinggal hanyalah lapisan P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka stuktur yang demikian
tidak lain adalah stuktur dioda PN (anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat
yang demikian, disebut bahwa thyristor dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan
arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah dioda.
Gambar 7. Thyristor diberi tegangan
Jika pada thyristor ini kita beri beban lampu DC dan di
beri tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar 7. Apa yang
terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikkan dari nol. Tentu saja lampu akan
tetap padam karena lapisan N-P yang ada di tengah akan mendapatkan reverse-bias
(teori dioda) yaitu arus balik. Pada saat ini disebut thyristor dalam keadaan
OFF karena tidak ada arus yang mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak
dapat mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang
menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tengangan
breakdown dan pada saat itu arus mulai mengalir melewati thyristor sebagaimana
dioda umumnya. Pada thyristor tegangan ini disebut breakdown VBO.
Ketika tegangan anoda dibuat lebih positif dibandingkan dengan tegangan katoda,
sambungan J1 dan J3 berada pada kondisi forward bias, dan
sambungan J2 berada pada kondisi reverse bias sehingga akan mengalir
arus bocor yang kecil antara anoda dan katoda. Pada kondisi ini thyristor
dikatakan forward blocking atau kondisi off-state, dan arus bocor dikenal
sebagai arus off state ID. Jika tegangan anoda ke katoda VAK
ditingkatkan hingga suatu tegangan tertentu, sambungan J2 akan
bocor.
Hal ini dikenal dengan avalance breakdown dan tegangan VAK
tersebut dikenal sebagai forward breakdown voltage VBO. Dan karena
J1 dan J3 sudah berada pada kondisi forward bias, maka akan terdapat lintasan
pembawa muatan bebas melewati ketiga sambungan, yang akan menghasilkan arus
anoda yang besar. Thyristor pada kondisi tersebut berada pada kondisi konduksi
atau keadaan hidup. Tegangan jatuh yang terjadi dikarenakan oleh tegangan
antara empat lapis dan biasanya cukup kecil yaitu sekitar 1 volt. Pada keadaan
ON, arus dari suatu nilai yang disebut dengan latching current IL
(arus penahan), harus diperoleh cukup banyak aliran pembawa muatan bebas yang
melewati sambungan – sambungan, jika tidak maka akan kembali ke kondisi
blocking ketika tegangan anoda ke katoda berkurang.
Latching current (IL) adalah arus anoda
minimum yang diperlukan agar membuat thyristor tetap kondisi hidup, begitu
thyristor dihidupkan dan sinyal gerbang di hilangkan.
Ketika berada pada kondisi ON, thyristor bertindak
sebagai anoda yang tidak terkontrol. Deviasi ini terus berapa pada kondisi ON
karena tidak adanya lapisan deplesi pada sambungan J2 karena pembawa
– pembawa muatan yang bergerak bebas. Akan tetapi, jika arus anoda berada
dibawah suatu tingkatan yang disebut holding current IH (arus
genggam), daerah deplesi akan terbentuk di sekitar J2 karena adanya pengurangan
banyak pembawa muatan bebas dan thyristor akan berada pada keadaan blocking. Holding current terjadi pada orde meliampere dan lebih
kecil dar latching current IL, IH>IL.
Holding
current (IH) adalah arus anoda minimum untuk mempertahankan
thyristor pada kondisi on.
Ketika
tegangan katoda lebih positif dibanding dengan anoda, sambungan J2
terforward bias, akan tetapi sambungan J1 dan J3 akan
terreverse bias. Hal ini seperti dioda – dioda yang terhubung secara seri dengan tegangan
balik bagi keduanya. Thyristor akan berada pada kondisi reverse blocking dan
arus bocor reverse dikenal sebagai reverse current IR. Thyristor
akan dapat dihidupkan dengan meningkatkan tegangan maju VAK diatas VBO,
tetapi kondisi ini bersifat merusak. Dalam prakteknya, tegangan maju harus
dipertahankan dibawah VBO dan thyristor dihidupkan dengan sinyal
penggerbangan itu dan arus anodanya lebih besar dari arus holding, thyristor
akan berada pada kondisi terhubung secara positif balikan, bahkan bila sinyal
penggerbangan dihilangkan. Thyristor dapat dikatogorikan sebagai latching
devais.
Thyristor dapat bertingkah seperti dua transistor dengan
penurunan rumus sebagai berikut :
IB1 = IC2 + IGn
IB2 = IC1 + IGp
III. Metodologi
·
Alat penelitian
Alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah terdiri dari:
-Satu unit motor induksi
1 fasa 220 volt,
1500 rpm,500
Watt.
-Satu unit vot meter ac,250
volt
-Satu unit Amper meter ac,100
amper
-Satu unit rangkaian
thyristor.
·
Instrumen analisis
Instrumen analisis pada
penelitian ini adalah data primer dari hasil
percobaan yang diukur berdasarkan variasi sudut penyalaan pada gate
thyristor.
III.1 Metode
Penyalaan Thyristor (B.L.Theraja,1990)
Ada empat cara untuk menyalakan thyristor yaitu :
1. Dengan memberi pulsa gate
Pemberian
pulsa gate ini yaitu penambahan pembawa muatan minoritas ke daerah gate
sehingga thyristor akan menghantar pada tegangan yang lebih kecil dari tegangan
tembusnya. Makin
besar arus gate ini maka makin banyak pembawa muatan minoritas yang di
injeksikan sehingga thyristor akan mengantar tegangan yang lebih kecil.
2. Dengan pemberian sinyal cahaya
Jika cahaya
diarahkan mengenai sambungan thyristor, maka akan menghasilkan energi yang
cukup untuk membuka ikatan – ikatan elektron dalam bahan semikonduktor dan
menyebabkan penambahan pembawa muatan minoritas yang penting untuk membuat
thyristor menghantar arus.
3. Dengan panas
Jika
suhu thyristor cukup tinggi, akan terjadi peningkatan jumlah pasangan elektron
hole, sehingga arus bocor meningkat. Peningkatan ini akan menyebabkan sudut α1 dan α2 menigkat dan thyristor
akan on.
4. Penyalaan dengan dv/dt
Sebuah
thyristor dapat dinyalakan dengan penambahan tegangan maju anoda-katoda dengan
cepat. Hal ini disebut pengaruh dv/dt. Kenaikan dengan cepat tegangan anoda
akan menghasilkan arus gate yang transien yang cukup untuk menyalakan
thyristor.
III.2. Metode
Pemadaman Thyristor (B.L.heaja,1990)
Thyristor berada pada keadaan on dapat dimatikan dengan
mengurangi arus maju ke tingkat bawah arus holding Ih. Ada beberapa cara untuk membuat thyristor off atau
yang disebut dengan komutasi thyristor, yaitu :
1. Dengan komutasi alamiah
Bila arus anoda diturunkan menjadi lebih kecil dari arus
holding Ih, maka thyristor akan padam. Juga apabila tegangan anoda
berubah menjadi negatif terhadap katoda, maka thyristor padam. Pada sistem arus
bolak balik komutasi akan terjadi pada setiap akhir setengah perioda positif,
dan pada setengah periode negatif akan padam.
2. Komunitas paksa
Jika thyristor diberi arus searah, maka pada thyristor tidak terjadi
komutasi sebab polaritas tegangan tidak pernah membalik. Maka oleh sebab itu
akan dilakukan dengan komutasi paksa.
III.3. Metode Penyalaan Thyristor (SCR) Dengan Pulsa
Gate (B.L.Theraja,1990)
Telah
dibahas, bahwa untuk membuat thyristor menjadi ON adalah dengan memberi arus
trigger lapisan P yang dekat katoda, bisa juga pin gate ini disebut pin katoda
(cathode gate). SCR dalam banyak literatur disebut thyristor saja. Adapun
karakter SCR ini sama seperti thyristor, hanya disini tegangan penyalaannya
dapat di ubah – ubah sesuai dengan
besarnya arus yang diberikan pada gerbang (gate) dari SCR tersebut. Makin besar arus yang
diberikan, makin besar pula tegangan penyalaannya. Hal ini dapat dilihat pada
karakteristik SCR antara tegangan versus arus.
Gambar 8. Struktur SCR
Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen
ini di trigger menjadi ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan
memberi arus gate Ig yang semakin besar dapat menurunkan tegangan
breakover (Vbo) sebuah SCR. Dimana tegangan ini adalah tegangan
minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate
tertentu, ternyata akan sangat mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan
tegangan forward yang kecil sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau lebih kecil
lagi. Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON,
walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu – satunya cara
untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda – katoda turun
dibawah arus Ih (holding current). Berapa besar arus holding ini,
umumnya ada di dalam datasheet SCR.
1. Karakteristik
Thyristor (SCR)
Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda,
katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari
empat buah lapis dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elektronika
karena lebih efisient dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakain
sakelar elektronik.
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada
tegangan tinggi karena SCR dapat dilewatkan dari tegangan dari 0 sampai 220
volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan
menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan
breakovernya SCR tersebut dicapai. SCR akan menghantar jika terminal gate
diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positif dan SCR akan tetap on
bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus penahan (Ih).
Satu – satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR
adalah mengurangi arus trigger (It) dibawah arus penahan (Ih).
SCR adalah thyristor yang uni directional, karena ketika terkonduksi hanya bias
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, SCR
aktif ketika gatenya diberi polaritas positif dan antara anoda dan katodanya di
bias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR dan sumber AC, proses
penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi. Komponen lain yang
mempunyai karakteristik mirip silicon controlled rectifier (SCR) adalah
thyristor yang dibahas sebelumnya, hanya disini tegangan penyalaan dapat diubah
– ubah sesuai dengan besarnya arus yang diberikan pada gerbang gate dari SCR
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada karakteristik tegangan versus arus untuk
SCR berikut ini.
Gambar 9. Symbol dan
Karakteristik SCR
(BL.Theraja,1990)
Karakteristik tegangan versus arus ini diperlihatkan bahwa thyristor
mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :
- Keadaan pada saat tegangan balik (daerah I)
- Keadaan pada saat tegangan maju (daerah II)
- Keadaan pada saat thyristor konduksi (daerah III)
Pada daerah I, SCR sama seperti dioda, dimana pada
keadaan ini tidak ada arus yang mengalir sampai dicapainya batas tegangan
tembus (Vr). Pada daerah II terlibat bahwa arus tetap tidak akan
mengalir sampai dicapainya batas tegangan penyalaan (Vbo). Apabila
tegangan mencapai tegangan penyalaan, maka tiba – tiba tegangan akan jatuh
menjadi kecil dan ada arus mengalir. Pada saat ini SCR mulai konduksi dan ini
adalah merupakan daerah III. Arus yang terjadi pada saat SCR konduksi, dapat
disebut sebagai arus genggam (Ih = Holding Current). Arus Ih
ini cukup kecil yaitu dalam orde miliamper.
Untuk membuat SCR kembali off, dapat dilakukan dengan
menurunkan arus SCR tersebut dibawah arus genggamnya (Ih) dan
selanjutnya diberikan tegangan penyalaan. Yang dimaksud dengan penyalaan adalah
perusahaan kedaan SCR dari keadaan menghambat arus menjadi penghantar arus.
2. Prinsip Operasi Sudut Penyalaan SCR(B.L.Theraja,1990)
Perhatikan rangkaian dengan beban resistif. Selama
setengah siklus positif dari tegangan masukan, anoda SCR relatif positif
terhadap katoda sehingga SCR disebut terbias maju. Ketika SCR T1
dinyalakan pada wt = a, SCR T1 akan
tersambung dan tegangan masukan akan muncul di beban. Ketika tegangan masukan
mulai negatif pada wt = a, anoda SCR akan negatif
terhadap katodanya dan SCR T1 akan disebut terbias mundur, dan
dimatikan. Waktu setelah tegangan masukan mulai positif hingga SCR dinyalakan
pada wt = p disebut sudut delay atau sudut penyalaan a.
Gambar 9. memperlihatkan daerah operasi dari konverter
(pengubah AC menjadi DC), dengan tegangan dan arus keluaran memiliki polaritas
tunggal. Gambar 9. memperlihatkan bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan
keluaran, arus beban dan tegangan sepanjang SCR T1. Konverter ini
tidak bisa digunakan pada aplikasi industri karena keluarannya memiliki ripple
yang tinggi dan frekwensi ripple rendah. Jika fs merupakan frekwensi
dari supplay masukan, komponen terendeh pada tegangan ripple keluaran akan fs
juga.
Gambar 10. Penyearah Satu Thyristor
dengan Beban Resistif
Jika Vm merupakan puncak tegangan masukan, tegangan keluaran
rata – rata Vdc dapat diperaleh dari :
Vdc
=
=
=
Tegangan Vdc dapat divariasikan dari Vm/p hingga 0 dengan mengubah
– ubah a antara 0 hingga p. Tegangan keluaran rata – rata
akan menjadi maksimum bila a = 0 dan tegangan keluaran
maksimum Vdm akan menjadi :
Vdm =
Tegangan keluaran rms diberikan oleh :
Vrms =
=
=
3. Dasar Soft Starting Motor Induksi Satu Fasa(B.L.Theraja,1990 dan
Zuhal,1994))
Motor induksi
saat dihubungkan dengan tegangan sumber secara langsung akan menarik arus 500%
sampai 800% dari arus beban penuh. Arus mula yang besar dapat mengakibatkan
kekurangan tegangan pada saluran sehingga akan mengganggu peralatan lain yang
dihubungkan pada saluran yang sama. Untuk motor yang berdaya besar tentu arus
pengasutan juga akan semakin besar, apabila
arus yang besar tersebut mengalir dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
motor dan saluran penghantar menjadi panas dan merusakkan isolasi.
Gambar 11. Rangkaian Dasar Soft Starting
Soft starting adalah suatu cara penurunan tegangan starting
dari motor induksi AC. Soft
starting merupakan metode starting yang prinsipnya sama dengan starting motor menggunakan primary resistance yang diseri dengan
supply tegangan ke motor. Arus masuk dalam stater sama dengan arus keluar. Soft starting terdiri dari komponen thyristor untuk mengontrol aliran arus yang masuk ke motor,
sehingga tegangan akan masuk secara bertahap dan akhirnya penuh. Soft starting bertujuan untuk
mendapatkan start yang terkendali, sehalus mungkin serta terproteksi dan
mencapai kecepatan nominal yang konstan sehingga mendapatkan arus starting rendah.
Untuk lebih
jelasnya lihat Gambar 11. yang menunjukkan pengoperasian motor yang di
operasikan oleh SCR anti paralel, dengan mengubah besar sudut gate nya, untuk
mendapatkan variasi tegangan motor.
a. Rangkaian SCR
Gambar 12. Rangkaian
Pemicu Triac (SCR anti paralel)
Vgate
|
Imotor
|
Vin
|
Vmotor
|
Gambar 13. Perangkat Pengujian Soft Start
b. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian soft stater
adalah sebagai berikut :
1.
Posisikan potensiometer pada hambatan yang
paling besar
2. Stand by kan power
3. On-kan semua alat ukur
4.
Putar potensiometer sampai hambatan terkecil,
sambil memperhatikan parameter yang ditunjukkan oleh alat ukur masing – masing.
5. Mencatat hasil pengukuran.
6. Jika selesai, posisikan potensiometer pada
hambatan yang paling besar dan matikan power.
Prosedur pengujian direct
online adalah sebagai berikut :
1. Stand by kan power
2. On-kan semua alat ukur
3. Nyalakan motor listrik
4.
Catat semua parameter dari alat ukur
5.
Jika selesai, matikan motor listrik dan power
IV. Hasil
Pengujian dan Analisa
Tabel 1. Pengujian Pengoperasian Motor dengan SCR
Tabel 2. Pengujian Pengoperasian Motor Direct Online
Sudut penyalaan SCR adalah
sebagai berikut :
a. Pada saat Vgate
= 0 Volt ; Vmotor = 0 Volt
b. Pada saat Vgate
= 0.02 Volt ; Vmotor = 50 Volt
Dari tabel 1
dan tabel 2 dapat dilihat arus maksimum pada starting motor induksi dengan
menggunakan SCR jauh lebih besar dibandingkan denga arus maksimum apabila motor
induksi dengan menggunakan starting langsung.
V. PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian bahwa dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dengan menggunakan metode soft start, dapat memaksimalkan
umur motor listrik. Karena arus start yang besar dapat merusak isolasi belitan
pada motor listrik.
2.
Menggunakan soft start dapat mengurangi drop voltage pada
saat start, karena drop voltage ini dapat mengganggu kinerja peralatan lainnya
pada saat bekerja bersamaan.
3.
Semakin besar sudut penyalaan TRIAC yang diberi maka
semakin besar pula Vmotor yang dihasilkan. Dan sebaliknya, jika
semakin kecil sudut penyalaan TRIAC yang
diberi maka semakin kecil Vmotor yang dihasilkan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. B.L Theraja,1990,Tex
Book of Electrical Technologi, Publication Division of Nirja
Construction Development CO (P) Ltd. Ram
Nagar, New Delhi.
2. Hanafi
Gunawan, Ir, Drs, 1993, Mesin dan Rangkaian Listrik, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
3. Zuhal,
1993, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Cetakan
ke-IV, Penerbit Gramedia Nusantara, Jakarta.
4. Yon
Rijono, Drs., 1997, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Penerbit Andy
Offset, Yogyakarta.
5. Wijawa
Mochtar, Dasar-Dasar Mesin Listrik, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001.
6. M. Kostanto and
L. Piotrovsky, 1997, Electric Machine II, MIR Publication,
Moscow.
7. S.A Nasar,
1993, Electromecanics and Electrical Machines, 2nd Edition,
Published by University of Kentucky, New York.
8. Sumanto, Drs, MA., 1992, Motor Arus
Bolak-balik, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar