Drs.
Alimin Purba, M.Pd
Dosen
Kopertis Wilayah I dpk pd. FKIP-UDA Medan
ABSTRACT
This
study aims to determine the significant impact the use of cooperative learning
model Numbered Head Together (NHT) The subject matter of Learning Outcomes on
Democracy Class VIII Private Junior Odd Semester TP TD Pardede Fondation
2014/2015
This
study is a quasi-experimental study. The population in this study were all
eighth grade students of SMP Private Odd Semester TP TD Pardede Fondation
2014/2015 consisting of two (2) classes. The study sample consisted of two
classes (number of samples) is a class VIII-1 as an experimental class taught
using Cooperative learning model Numbered Head Together (NHT) and VIII-2 as a
control class taught using Direct learning model, each class consists of 25
students. The instrument used to determine student learning outcomes is the
achievement test in the form of 20 multiple choice questions which consists of
five options, the instrument has ujicobakan to students outside of the sample
to determine the validity, reliability, distinguishing features and level of
difficulty about.
The
average value of the pre-test for the experimental class is 6.48 with a
standard deviation of 1.50 and a value - average pre-test for grade control
6:40 with a standard deviation of 1.58. From different test results to two
classes pretest scores obtained t = 0.18 and table = 1.99. Because t <t
table then this indicates that the ability of the two classes are the same
initial. Furthermore, given the different treatment, after completion of learning
held test and post-test results obtained scores - experimental class average
was 15.40 with a standard deviation of 2.39 and the average score - average
control group was 10.08 with a standard deviation of 2, 01. based on the
statistical test (t test) obtained price t = 8.48 and t table = 1.71 at
significance level a = 0.05 and df = 58 for t> t table (8.84> 1.71), then
it shows that there is a significant effect of use of cooperative learning
model Numbered Head Together (NHT) the learning outcomes in class VIII Odd
Semester in Topic Democracy Private school students TD Pardede Fondation TP
2014/2015
Keywords:
Effects of Learning Outcomes, Learning Model NHT
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam rangka
mensukseskan pembangunan nasional peranan pendidikan harus diutamakan untuk
membina manusia agar menjadi kader pembangunan. Oleh sebab itu pendidikan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang
diamanatkan dalam UUD’45.
Hal ini
merupakan tantangan bagi seorang guru sebagai tenaga pendidik dalam melakukan
pembelajaran di kelas. Dewasa ini, rendahnya minat siswa dalam mempelajari mata
pelajaran ilmu sosial khususunya PKn merupakan fenomena yang jelas bagi guru
PKn.
Munandar
( 2005: 42 ):
Siswa
yang tidak tertarik atau benci mata pelajaran PKn biasanya kurang berminat
untuk memperhatikan penjelasan guru mengenai pelajaran tersebut, mereka juga
tidak mau mempelajari sendiri matapelajaran tersebut dari buku panduan
pelajaran yang telah mereka miliki. Akibatnya mereka akan mengalami kesusahan
atau kesalahpahaman tentang materi pembelajaran yang telah diajarkan guru atau
yang akan diajarkan oleh guru.
Rendahnya
tingkat pemahaman siswa tentang pentingnya pendidikan ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa
dan dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi
kemampuan, kesiapan, minat, dan intelegensi siswa. Faktor yang berasal dari
luar diri siswa adalah guru, prasarana dan sarana pendidikan, lingkungan
sekolah yang kondusif.
Subuni N ( 2011
: 41 ) guru yang baik adalah “guru yang
tidak pernah menuntut peserta didiknya untuk mengerti keinginannya, tetapi ia
akan berusaha memahami peserta didiknya terlebih dahulu, ia akan membuka dialog
dengan mereka, juga mendengar keluhan dan harapan mereka. ”
Salah satu upaya sebagai langkah
perbaikan pengajaran adalah penggunaan strategi pembelajaran yang baik. Banyak
model dan pendekatan mengajar yang dapat digunakan guru di kelas yang salah
satunya
adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered Head Together
). Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer Kagan, dimana dalam
pembelajaran dengan menggunakan model ini melibatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi, menelaah meteri yang tercakup dalam
pembahasan materi pelajaran mereka. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa
untuk meningkatkan semangat kerjasama dalam kelompok.
Guru merupakan
perancang sekaligus pelaksana proses pembelajaran, dengan pertimbangan tuntutan
kurikulum, kondisi siswa, dan yang paling utama adalah pemilihan model
pembelajaran. Karena model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau
petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Pedoman ini memuat tanggungjawab dalam melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu dari tujuan penggunaan model
pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.
Diharapkan terjadi perubahan dari mengingat ( memorizing ), menghafal ( rote learning
), kearah berfikir ( thinking ), dan pemahaman ( understanding ) dari model ceramah kependekatan discovery learning atau inquiry learning atau dari belajar
individual ke kooperatif.
Dari pendapat di
atas seharusnya seorang guru mampu menggunakan berbagai macam model
pembelajaran, strategi, serta pendekatan dalam belajar agar dapat membantu
siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. Karena dengan menggunakan berbagai
model pembelajaran akan dapat memberikan berbagai motivasi yang besar terhadap
hasil belajar siswa. Motivasi yang diberi oleh guru dapat berupa bimbingan pada
siswa pada saat jam pelajaran berlangsung sehingga semangat belajar siswa untuk
belajar lebih meningkat lagi. Akibat dari rendahnya motivasi yang diberi oleh
guru dan pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat maka siswa akan mrasa
bosan dan malas belajar di dalam kelas.
Salah satu
perubahan yang perlu dilakukan adalah belajar individual menjadi kooperatif
yang bergantung pada kelompok-kelompok kecil dalam belajar. Dan ia juga berpendapat
bahwa “pembelajaran kooperatif
mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil
dan saling membantu dalam belajar”. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok
yang terdiri dari empat siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Ciri khas
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok dan tinggal dalam satu kelompok
untuk beberapa minggu atau beberapa tahun sebelum siswa tersebut diberi
penjelasan atau diberi pelatihan bagaimana dapat bekerjasama. Aktivitas
pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam tiga tujuan pembelajaran yang
berbeda, yaitu: dalam pembelajaran tertentu siswa menjadi kelompok yang
berupaya untuk menemukan sesuatu, kemudian setelah pembelajaran habis siswa dapat
bekerjasama untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai
segala sesuatu yang telah dipelajari untuk persiapan kuis, bekerjasama dalam
suatu format belajar kelompok.
Trianto (
2009:82) “ model pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT ( Numbered Head Together ) dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas”. Menurut
Spenser Kagan dalam Lie Anita (2002:54) pencetus model NHT ini “pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered Head Together
) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang dicakup”.
Model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
digunakan untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya
disampaikan secara tertulis dan dapat membantu siswa melihat hubungan antara
konsep peristiwa yang ada dalam pengajaran. Melalui bantuan model pembelajaran,
siswa lebih mudah melihat hubungan antara komponen suatu teori atau isi
pengajaran. Metode pembelajaran NHT
dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pengajaran guru yang bersifat verbalisme.
Dengan melihat pentingnya penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together ) dalam meningkatkan
hasil belajar siswa, peneliti tertarik
mengadakan penelitian tentang: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together ( NHT
) Terhadap Hasil Belajar Pada Materi
Pokok Demokrasi Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP
Swasta T.D. Pardede Fondation T.P 2014/2015
A. Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi
identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.
Hasil
belajar siswa rendah.
2.
Metode pembelajaran guru masih relative monoton.
3.
Motivasi belajar siswa kurang.
4.
Guru kurang memahami model pembelajaran selain model
pembelajaran langsung.
B.
Pembatasan
Masalah
Melihat
identifikasi masalah yang dikemukakan di atas dan
mengingat keterbatasan peneliti baik dari segi
dana, waktu, dan tenaga yang dibutuhkan, serta untuk memperoleh hasil yang
lebih baik, maka dibatasi
masalahnya
tentang:
1.
Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Swasta
T.D. Pardede Fondation T.P 2014/2015
2.
Hasil belajar siswa dibatasi pada materi pokok
Demokrasi.
3.
Model pembelajaran yang digunakan adalah Kooperatif Tipe NHT dan Model
Pembelajaran Langsung
C. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada materi Demokrasi di kelas VIII Semester
Ganjil SMP Swasta T.D. Pardede Fondation
T.P 2014/20015?
2.
Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Langsung pada materi Demokrasi di kelas VIII Semester Ganjil
SMP Swasta T.D. Pardede Fondation T.P
2014/20015?
3.
Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
terhadap hasil belajar siswa pada materi Demokrasi di kelas VIII Semester
Ganjil SMP Swasta T.D. Pardede Fondation
T.P 2014/20015?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
pada materi pokok Demokrasi di kelas VIII Semester Ganjil SMP Swasta T.D. Pardede Fondation T.P 2014/20015?
2.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran langsung pada materi pokok Demokrasi di Kelas VIII Semester
Ganjil SMP Swasta T.D. Pardede Fondation T.P
2014/2015
3.
Untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan
model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Demokrasi di kelas VIII Semester Ganjil SMP Swasta T.D.
Pardede Fondation T.P 2014/20015?
4.
E. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan
penelitian di atas, maka penelitian
ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoretis:
a.
Pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam
pengembangan model pembelajaran.
b. Dapat
menjadi bahan rujukan bagi penelitian lain tentang model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.
2.
Manfaat Praktis:
a.
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dan guru dalam
menggunakan model pembelajaran khususnya bidang studi PKn.
b.
Untuk mengetahui keberhasilan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
c.
Sebagai bahan alternative
bagi calon guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai, untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1.
Pengertian Model Pembelajaran
Model
pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana
belajar yang aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan.
Menurut
Trianto ( 2011 : 29 ) model pembelajaran adalah “salah satu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”.
Rusman
( 2011 : 5 ) :
Model
pembelajaran adalah Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menetukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain. Model pembelajaran dapat membantu peserta didik meningkatkan sikap
positif dalam pembelajaran, terutama bidang studi sosial ( PKn ).
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah sutu pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai pedoman mengajar yang
dapat meningkatkan sikap positif peserta didik dalam pembelajaran yang
dilakukan secara bertahap.
2.
Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT
Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT dikembangkan oleh
Spencer Kagan pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan
siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran. ( http://www.google.com). Peneliti
menggunakan pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT ( Numbered Head Together ).
Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tipe ini juga mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat
kerjasama mereka. Melalui penggunaan tipe ini, siswa belajar melaksanakan
tanggungjawab pribadinya dalam saling berkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.
Tipe ini biasa juga digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat
usia anak didik.
3. Langkah-langkah
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT
Penggunaan model ini, guru harus
menerapkan langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Guru menyampaikan materi pembelajaran atau
permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan
dicapai.
Langkah 2: Guru memberikan kuis secara individual
kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal.
Langkah 3: Pedoman ( Numbering ), guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang
dan memberi mereka nomor yang berbeda.
Langkah 4: Pengajuan pertanyaan ( Questioning ), guru
mengajukan pertanyaan kepada para siswa dan pertanyaan dapat bervariasi dari
yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
Langkah 5: Berfikir bersama ( Head Together ), para
siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakini bahwa setiap orang
mengetahui jawaban tersebut.
Langkah
6: Pemberian jawaban ( Answering),
guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari kelompok dengan nomor yang sama
untuk mengangkat tangan dan mempersiapkan untuk seluruh kelas. Jawaban salah
satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
Langkah 7: Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran. ( http://www.google.com
Keuntungan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT :
1.
Menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain.
2.
Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan menggunakan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
3.
Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berfikir.
4.
Model Pembelajaran Langsung
Djamarah (2010 : 127 ) mengemukakan
bahwa:
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang
menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan
mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)
transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi
pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4)
lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh
guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru
seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape
recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang
disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang
bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan
tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik
terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan
setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
Dari
kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung menuntut
guru lebih aktif di dalam pembelajaran, sedangkan siswa pasif.
5.
Pengertian Hasil Belajar
Sagala ( 2009 : 98) mengatakan bahwa “proses
pembelajaran akan berhasil secara optimal manakala siswa mempunyai motivasi
dalam belajar, dimana belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan
tingkahlaku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan
individu dengan lingkungannya”.
Dalam pengertian ini terdapat kata
“perubahan” yang berarti bahwa seseorang telah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan
tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek
sikapnya. Misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa
menjadi bisa, dan sebagainya. Dengan demikian belajar dapat dikatakan berhasil
bila terjadi perubahan dalam diri seseorang.
Setelah siswa mengikuti kegiatan
belajar di sekolah dalam beberapa waktu, maka siswa tersebut akan memiliki
hasil belajar. Hasil belajar itu merupakan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Munandar ( 2003 : 213 ) menjelaskan:
Hasil belajar siswa dapat
dilakukan guru hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dapat
dianggap penting dan dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi
sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, rasa, dan karsa. Kunci
pokok utama untuk memperoleh ukuran dan data hasil siswa melalui garis-garis
besar indikator ( petunjuk adanya prestasi tertentu ). Dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan dan diukur.
Dari
penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang
diperoleh siswa baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
6.
Materi Pembelajaran Demokrasi
1). Pengertian
Istilah demokrasi berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu, demos dan kratos. Demos berarti rakyat dan kratos berarti
pemerintahan. Jika kedua kata tersebut digabungkan maka akan berarti kekuasaan
rakyat atau pemerintahan rakyat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat atau sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat dan selalu
mengikutsertakan rakyat dalam pemerintahan negara.
Pada zaman Yunani kuno, rakyat yang menjadi
warga negara terlibat langsung dalam pemikiran, pembahasan, dan pengambilan
keputusan mengenai berbagai hal yang menyangkut tentang negara. Demokrasi zaman
Yunani kuno ini sering disebut dengan demokrasi langsung atau demokrasi murni.
Penerapan sistem demokrasi dengan cara ini tentunya tidak mungkin lagi untuk
dilaksanakan, karena saat ini hampir semua negara memiliki wilayah yang sangat
luas dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Kondisi itulah yang membuat
setiap masalah kenegaraan tidak mungkin dibicarakan dengan seluruh warganegara,
tetapi cukup diwakilkan kepada wakil rakyat yang duduk dalam lembaga perwakilan
rakyat. Oleh karena itu dilakukan secara perwakilan, maka sistem demokrasi
seperti ini sering disebut demokrasi tak langsung atau demokrasi perwakilan.
Perkembangan teknologi dan
kebudayaan yang begitu cepat, tidak merubah anggapan sebagian besar negara
bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang paling ideal. Hal ini dapat
dilihat dengan banyaknya negara yang nenyatakan sebagai negara demokrasi,
meskipun dengan sebutan yang berbeda-beda. Misalnya demokrasi Liberal,
demokrasi nasional, demokrasi rakyat, demokrasi parlementer, dan demokrasi
pancasila.
2). Prinsip –
Prinsip Dasar Demokrasi
a). Pemerintahan
Berdasarkan Konstitusi
Pemerintahan berdasarkan konstitusi
memiliki arti bahwa dalam melaksanakan pemerintahannya, kekuasaan pemerintah
harus dibatasi oleh konstitusi atau UUD, sehingga kekuasaan pemerintahan tidak
tak terbatas. Pembatasan ini penting agar pemerintah tidak menyalahgunakan
kekuasaan dengan bertindak sewenag-wenang terhadap rakyatnya.
b). Pemilihan Umum yang Bebas,
Jujur,
dan Adil
Sebaik apapun suatu pemerintahan
dirancang, ia tidak akan dianggap demokratis bila pejabat-pejabatnya tidak
dipilih secara bebas, jujur, dan adil oleh rakyatnya dalam suatu pemilihan
umum.
c). Hak Asasi
Manusia Dijamin
Setiap orang memiliki hak dasar yang
melekat pada diri manusia sejak ia dalam kandungan ibunya. Hak ini merupakan
anugerah dari Tuhan kepada semua manusia. Tidak satu orang pun yang berhak
mengurangi, merampas, dan bahkan mencabutnya sekalipun ia adalah pemerintah.
d). Persamaan
Kedudukan di Depan Hukum
Setiap warganegara memiliki kesamaan
di dalam hukum. Kesamaan perlakuan ini sangat penting untuk diberlakukan karena
dengan adanya tindakan yang membeda-bedakan warganegaranya merupakan suatu
tindakan diskriminasi yang tidak adil. Siapapun mereka, baik itu pejabat,
pemerintah, orang kaya, orang miskin sekalipun, harus diberlakukan adil dimata
hukum.
e). Peradilan
yang Bebas dan Tidak Memihak
Peradilan yang bebas, tidak memihak,
dan terlepas dari campur tangan pemerintah atau siapapun, akan menjamin
terwujudnya penegakan hukum yang tegas dan adil. Peradilan yang bebas dari tekanan
apaun akan mampu mewujudkan keadilan yang seadil-adilnya bagi seluruh rakyat.
3). Pelaksanan
Demokrasi di Indonesia
Sejak merdeka kita mengenal 3 macam
demokrasi yang pernah dan sedang kita terapkan di Indonesia. Ketiga demokrasi
tersebut adalah:
a). Demokrasi
Liberal
Demokrasi ini sering disebut juga
dengan demokrasi parlementer yang diterapkan di Indonesia sejak dikeluarkan
maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945. Sistem Parlementer adalah suatu
sistem pemerintahan yang menteri nya bertanggungjawab sepenuhnya kepada
parlemen ( badan perwakilan rakyat/ DPR ). Penerapan sistem ini sebenarnya
tidak sesuai dengan UUD 1945, karena berdasarkan UUD 1945 sistem pemerintahan
yang harus diterapkan di Indonesia adalah sistem kabinet presidensial. Sistem
kabinet presidensial adalah sistem pemerintahan dimana kabinetnya (
menteri-menterinya ) bertanggungjawab kepada Presiden.
Dikeluarkannya maklumat pemerintah
tanggal 14 November 1945 memiliki makna pula bahwa mulai tanggal tersebut,
demokrasi yang diterapkan di Indonesia adalah demokrasi liberal.
b). Demokrasi
Terpimpin
Demokrasi terpimpin dimulai sejak
dikeluarkannya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Dimana Dekrit Presiden
tersebut berisikan 3 poin berikut: pembubaran konstittuante, berlakunya kembali
UUD 1945, dan pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesimgkat-singkatnya.
Dengan demikian sistem pemerintahan pun berubah dari sistem pemerintahan
parlementer menjadi sistem presidensial seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945.
Dalam sistem presidensial
diterangkan dua poin penting yaitu kedudukan presiden adalah sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan, dan menteri-menteri bertanggungjawab
kepada presiden. Dari kedua poin tersebut dapat diketahui bahwa demokrasi
terpimpin tidaklah sama dengan demokrasi liberal. Perbedaan itu terlihat dengan
kuatnya peran dan kendali presiden dalam pemerintahan, sehingga peran partai
politik yang menjadi sangat kurang. Demokrasi terpimpin berakhir seiring
berakhirnya kepemimpinan Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia.
Selanjutnya digantikan oleh pemerintah Orde Baru
dipimpin oleh Soeharto.
c). Demokrasi
Pancasila
Demokrasi Pancasila mulai ditegaskan
di Indonesia untuk diterapkan sejak pemerintahan orde baru berkuasa. Pada
dasarnya, demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dijiwai, diwarnai,
disemangati, dan didasari oleh Pancasila. Dengan kata lain, demokrasi Pancasila
adalah demokrasi yang menerapkan kelima sila dari Pancasila.
Oleh karena Pancasila adalah dasar
negara, tentunya sudah menjadi suatu keharusan bagi kita untuk menerapkan
demokrasi Pancasila pada pemerintahan negara.
4) Penerapan
Budaya Demokrasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Semangat kekeluargaan, gotong
royong, kebersamaan, dan musyawarah untuk mufakat yang telah menjadi ciri khas
bangsa kita dan merupakan cerminan demokrasi Pancasila yang selalu kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semangat tersebut dapat diterapkan
diberbagai lingkungan sosial, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
mayarakat sampai bangsa dan negara.
B. Kerangka Konseptual.
Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT dalam kegiatan belajar mengajar diawali oleh masalah yang
memerlukan cara pemecahannya. Disitulah berbagai keterampilan dikembangkan
siswa bukan sekedar mendengarkan dan mencatat namun juga membaca, mendengar
pendapat orang lain, bertanya, menjelaskan, mengkaji, merumuskan, membagi
tugas, berargumentasi, dan lain-lain. Melalui model ini siswa belajar
melaksanakan tanggungjawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan
rekan-rekan kelompoknya.
Perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
dengan model pebelajaran konvensional dilihat dari kemampuan awal ( sebelum
diberi perlakuan ) kedua kelas harus sama, setelah diberi perlakuan model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada
kelas eksperimen dan model
pembelajaran konvensional
(pembelajaran langsung) pada kelas kontrol. Pada akhirnya dapat
dibedakan hasil kedua kelas, apabila hasil belajar kelas ekssperimen lebih baik
dari kelas kontrol maka terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok Demokrasi.
Hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh setelah
proses belajar mengajar selesai. Hasil
belajar adalah merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
yang disajikan baik secara kognitif,
afektif dan psikhomotor. Jika model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number
Head Together) dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis
adalah suatu pendapat yang
harus diuji kebenarannya atau dengan kata lain hipotesis adalah merupakan
suatau pernyataan sementara yang diterima sebagai kebenaran saat penelitian.
Hipotesis akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.
Hipotesa dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh positif yang signifikan
model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok Demokrasi di Kelas VIII Semester Ganjil SMP Swasta T.D. Pardede Fondation T.P 2014/2015
III. METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelian
Adapun
jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis quasi
eksperimen. Karena dalam pembahasan penelitian ini yang diteliti adalah
pengaruhnya.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII Semester Ganjil SMP
Swasta T.D. Pardede Fondation T.
P 2014/2015 tepatnya mulai bulan Oktober s/d Desember 2014.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII Semester Ganjil SMP
Swasta T.D. Pardede Fondation yang
terdiri dari dua kelas yakni Kelas
VIII-1 dan Kelas VIII-2
dan masing-masing kelas berjumlah
25 siswa.
2.
Sampel
Dalam
penelitian ini pengambilan sampel tidak
perlu dilakukan karena jumlah populasi sangat terbatas. Arikunto (2009:62): “bila jumlah populasi dalam
penelitian lebih dari 100 maka akan ditarik sampel, dan jika jumlah populasi kurang dari 100 orang maka
seluruh populasi akan
dijadikan sampel atau dikenal dengan istilah sampel total”. Jadi dalam penelitian
ini keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel atau sampel total.
D. Variabel Penelitian dan Defenisi
Operasional Variabel
1.
Variabel Penelitian
Yang menjadi
variabel dalam penelitian ini yaitu:
a.
Variabel Bebas yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan model
pembelajaran Langsung.
b.
Variabel Terikat yaitu hasil belajar siswa pada materi
Demokrasi di kelas VIII Semester Ganjil SMP Swasta T.D.Pardede Fondation T.P. 2014/2015.
2.
Defenisi Operasional Variabel
Supaya tidak terjadi kekeliruan dan penafsiran, maka peneliti
membuat
batasan-batasan singkat. Adapun variabel yang digunakan
dalam penelitian ini
i
a. Model
adalah reprensentasi simbolik dari suatu benda, proses, sistem, ataupun gagasan
yang berbentuk gambar-gambar grafis, verbal,
ataupun matematikal.
b.
Model Pembelajaran merupakan salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjuang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat dijarakan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah.
c.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh atau dicapai
oleh siswa pada bidang studi tertentu. Aspek yang dinilai adalah aspek kognitif, yang terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
E. Rancangan Penelitian
Penelitian ini
melibatkan perlakuan yang berbeda yaitu antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.
Rancangan
penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel
1 Rancangan Penelitian
Kelompok
|
Pre-tes
|
Perlakuan
|
Pos-tes
|
Eksperimen
Kontrol
|
T1
T1
|
X1
X2
|
T2
T2
|
Keterangan :
T1 : Nilai Pre-tes
T2 : Nilai Post-tes
X1
: Perlakuan pengajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif
Tipe NHT
X2 : Perlakuan pengajaran tanpa
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bersifat
kuantitatif eksperimen, maka jenis datanya adalah data deskriptif kuantitatif
yang berasal dari tes hasil belajar siswa. Untuk memenuhi pengambilan data
tersebut maka diadakan pembegian kelas yaitu kelas eksperimen yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Tipe NHT dan kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajarn langsung. Dengan masing-masing kelas tersebut diberikan tes dengan
memberikan soal pilihan berganda yang terdiri dari 4 pilihan dengan jumlah soal
25 soal.
Sebelum pembelajaran dimulai diadakan tes
awal ( pre-test ) untuk mengetahui kemampuan sawal siswa. Diakhir
pembelajaran dilakukan tes akhir ( post-test
) untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Untuk setiap soal
diberikan skor satu bagi jawaban yang benar dan nol bagi jawaban salah, sedangkan konversi skor dilakukan seperti pada tabel berikut:
Tabel
2
Indeks Hasil Belajar Siswa
Angka
|
Keterangan
|
80-100
66-79
55-65
40-55
0-39
|
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
Tabel 3
Kisi-kisi
Tes Hasil Belajar Siswa
Pokok bahasan / Sub. Pokok
bahasan
|
Indikator
|
Nomor Butir Item
|
1.
Menjelaskan
hakikat demokrasi
|
Ø
Menjelaskan
pengertian unsur-unsur demokrasi sebagai bentuk pemerintahan
Ø
Menjelaskan
pentingnya kehidupan demokrasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Ø
Menjelaskan
pentingnya
kehidupan demokrasi dalam bermasyarakat
|
1,3,4
2,5,8,10,14,21,22
6,7,9,11,13,15
|
2.
Menjelaskan
tujuan demokrasi di Indonesia
|
Ø
Menganalisis
tujuan demokrasi
|
12,16,17,19
|
3.
Menunjukkan
sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan
|
Ø
Menunjukkan
sikap positif terhadap demokrasi dilingkungan sekolah dan keluarga
|
18,20,23,24,25
|
G. Uji Coba Instrumen
Tes yang telah disusun
terlebih dahulu diuji tingkat kevaliditasan tesnya. Validitas tes sering diartikan dengan kesahihan. Suatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dan
sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya da kesesuaian antara alat ukur dengan
fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Arikunto ( 2009 : 39 ) mengatakan, “ sebuah
tes dikatakan memiliki validitas isi
apabila tes dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi
atau pelajaran yang diberikan”. Uji coba instrument dilakukan di kelas IX Semester Ganjil SMP Swasta T.D.Pardede Fondation T.P. 2014/2015.
Kriteria
yang harus diperhatikan dalam penyusunan butir tes yang digunakan dalam
instrument penelitian adalah:
1.
Validitas Tes
Validitas tes adalah suatu ukuran yangvmenunjukkan tingkat tingkat
kevaliditan atau kesahian suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memilki validitas
rendah. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas
butir-butir tes yaitu:
Keterangan:
N = jumlah seluruh sampel
rxy = koifisien kolerasi
x = nilai dari variabel x
x2 = nilai kuadrat skor
distribusi x
y = nilai dari variabel y
y2 = jumlah kuadrat skor
distribusi y
Untuk menafsirkan keberartian harga
validitas tiap soal maka harga rtabel apabila rhitung rtabel maka butir tes tersebut valid, begitu juga
sebaliknya.
2. Reliabilitas
Tes
Reliabilitas tes menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk
mereliabilitaskan tes dapat menggunakan rumus:
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes
secara keseluruhan
n= banyaknya butir item soal
s2 = varians skor
p= proporsi siswa yang menjawab
benar
q= proporsi siswa yang menjawab
salah ( q = 1-p )
∑spq = jumlah dari hasil pperkalian
antara p1 dan q1
2.
Tingkat Kesukaran
Untuk
menentukan tingkat kesukaran tes masing-masing tes menggunakan rumus ( Arikunto,
2009 : 208 ) yaitu p=
Dimana
p= tingkat kesukaran
B= banyaknya siswa yang tidak
menjawab soal
JS= jumlah soal
Dengan
kriteria:
1)
Soal dengan p 0,00 sampai 0,33 adalah sukar
2)
Soal dengan p 0,31 sampai 0,70 adalah sedang
3)
Soal dengan p 0,71 sampai 1,00 adalah mudah
3.
Daya Pembeda
Untuk menentukan daya pembeda
ditentukan riumus:
D=-
Keterangan
:
D
= daya pembeda
BA
= banyaknya peserta kelompok soal dengan salah
BB
= banyaknya peserta kelompok soal dengan benar
JA
= jumlah peserta kelompok atas
JB
= jumlah peserta kelompok bawah
Dengan
kriteria:
1)
0,00 – 0,20 sangat jelek
2)
0,20 – 0,40 kriteria cukup
3)
0,40 – 0,70 kriteria baik
4)
0,70 – 1,00 kriteria baik sekali
H. Prosedur Penelitian
Berdasarkan rancangan penelitian
diatas maka penelitian ini dilakukan dengan menempuh lngkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Berdasarkan pre-tes kepada kedua kelompok siswa
2. Memberikan
perlakuan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT
3. Memberikan
perlakuan pengajaran tanpa menggunakan model pembelajaran NHT
4.
Melakukan pos tes kepada kedua kelompok siswa setelah
dilakukan pembelajaran oleh guru kepada kedua kelompok siswa tersebut.
5.
Mengolah hasil pre-tes dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Menguji hipotesis dengan membandingkan dan membedakan
harga mean skor antara kelas yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran NHT dengan yang dijarkan
tanpa menggunakan model pembelajaran NHT.
Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan uji thitung dengan
taraf signifikan α= 0,55
I. Teknik
Analisis Data
1.
Deskripsi Data Penelitian
Dalam
melakukan pengolahan data langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a.
Mencari rata-rata skor masing-masing kelompok sampel
dengan menggunakan rumus ( Sudjana, 2005:69 ) yaitu x =
Dengan x = rata-rata skor
∑xi = jumlah aljabar dari data x
n
= jumlah sampel
b.
Mencari simpangan baku
SD=/ n ( n-1)
Untuk menghitung varians ( S2 ) dengan
mengkuadratkan standart deviasi.
2.
Uji Persyaratan Analisis
a). Uji
Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk
mengetahui apakah populasi tersebut normal atau tidak. Pengujian normalitas
menggunakan teknik liliofers dengan prosedur sebagai berikut:
a.
Menyusun skor siswa dari skor rendah sampai skor tinggi
b.
Skor mentah dijadikan bilangan baku Z1, Z2,
Z3,.......Z...
Dengan
rumus: Z1 =
Keterangan
:
X1
= responden, X1,X2,.....
Xx =
rata-rata
S=
simpangan baku sampel
c.
Untuk tiap bilangan dihitung dengan daftar distribusi
normal baku, komulatif kemudian dihitung peluang F ( Zn ) = P ( Z ≤
Z1 )
d.
Selanjutnya dihitung proposisi Z1,Z2,Z3,........Zn
yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proposisi ini dinyatakan
dengan S ( Zi ) maka:
S (Zi ) = =
e.
Menghitung selisih F ( Zi ) kemudian tentukan harga
mutlaknya terbesar yang dinyatakan dengan Lo
f.
Untuk kenormalan data, maka dibandingkan anrata nilai
Lo dengan nilai kritis L dari daftar nilai L pada uji liliefors.
Dengan kriteria penilaian ( Sudjana, 2005: 239 ):
Jika Lo Ltabel maka distribusi normal
Jika Lo Ltabel maka tidak
distribusi normal
b). Uji Homogenitas Varians
Dengan
dilakukan uji dua pihak dengan taraf signifikan 5% hipotesis di atas
diuji dengan statistik,(Sudjana: 2005:205 ):
F=
Kriteria penujian hipotesis yaitu:
Ho diterima jika Fh a ( V1,V2 )
Ho ditolak
jika Fh a ( V1,V2 )
3.
Uji Hipotesis
a.
Uji kesamaan awal pre-tes
Uji hipotesis yang digunakan adalah uji thitung
dengan taraf signifikan α = 0,05
Derajat kebebasan ( dk )= n1,
n2-2 dengan menggunakan rumus: Sudjana,( 2005: 239 )
thitung
= dengan S2 =
Kriteria pengujian
adalah :
Diterima : H0 jika –t1- dimana t1- didapat dari daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2-2
dan α = 0,05. Untuk harga t lainnya H0 ditolak.
b.
Uji kesamaan hipotesis pos-tes
Uji t digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari suatu perlakuan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap hasil belajar siswa. hipotesis yang diuji berbentuk: H0: x̄1 = x̄2 dan Ha
: x̄1 x̄2
Keterangan:
x̄1 = x̄2 : hasil
belajar siswa padda kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, berarti tidak ada
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
x̄1 x̄2
: hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, berarti ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Bila ada
penelitian berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji hipotesis
menggunakan uji t dengan rumus Sudjana ( 2005 : 239 ), yaitu:
thitung = dengan S2 =
Dengan kriteria pengujian, diterima Ha jika –t1-α1-α dimana
t1-α didapat dari daftar distribusi t, dengan taraf α = 0,05 dan (
dk ) = n1+n2-2.
Keterangan :
t = distribusi t
n1 =
jumlah siswa kelas ekssperimen
n2 =
jumalah siswa kelas kontrol
S22 =
varians kelas kontrol
S2 =
varians dua kelas sampel
X1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
X2 = rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
S12 = varians kelas eksperimen
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
tipe NHT Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada materi pokok
Demokrasi
di Kelas VIII Semester Ganjil SMP T.D. Pardede Fondation T.P 2014/2015, maka dalam bab ini berisi tentang
hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi data, uji persyaratan analisis
data dan pembahasan yang diperoleh selama penelitian.
4.1. Deskripsi Data Penelitian
Data
tentang hasil belajar siswa pada
materi pokok demokrasi untuk kedua sampel pada penelitian ini baik kelas
eksperimen maupunkelas control diperoleh
selama proses belajar mengajar (aspek afektif) dan untuk aspek kognitif
diperoleh pada proses belajar mengajar terakhir dan diberikan perlakuan berupa
soal objektif.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini telah diujicobakan sebelumnya. Dari uji
validitas diperoleh bahwa:
1.
Dari 25 tes yang
diujikan hanya 5 soal yang tidak valid dan 20 soal valid.
2.
Secara keseluruhan tes yang diujikan reliabel dengan
kategori tinggi.
3.
Tingkat kesukaran soal, terdapat 3 soal yang mudah, 3
soal yang sukar dan 19 soal sedang.
4.
Daya beda soal yang diujikan diperoleh kategori baik
sekali 3 soal, baik 17 soal, cukup 5 soal.
4.1.1. Data Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan
hasil pemberian pre-tes kepada siswa di kelas eksperimen dengan jumlah sampel
25 orang memperoleh skor rata-rata 6,48 dan kelas kontrol dengan jumlah sampel
25 orang memperoleh skor rata-rata 6,4. Sedangkan hasil pemberian post-tes kepada
siswa di kelas eksperimen dengan jumlah sampel 25 orang memperoleh skor
rata-rata 15,4 dan kelas kontrol dengan
jumlah sampel 25 orang memperoleh skor rata-rata 10,08.
Data hasil belajar terangkum dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.1. Data Skor
Hasil Belajar Siswa
No
|
Kelas Sampel
|
Pre-tes
|
Post-tes
|
||||
|
S
|
S2
|
|
S
|
S2
|
||
1
|
Eksperimen
|
6,48
|
1,503
|
2,26
|
15,4
|
2,397
|
5,75
|
2
|
Kontrol
|
6,40
|
1,58
|
2,5
|
10,08
|
2,01
|
4,07
|
4.2. Analisis Data
Analisis
data dilakukan untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan peneliti
dengan menggunakan uji statistik. Pengujian normalitas data dilakukan dengan
uji liliefors dan uji homogenitas data dilakukan dengan uji homogenitas varians.
4.2.1. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui keadaan sampel yang
diteliti, maka asumsi dari data penelitian merupakan persyaratan analisis yang
penting untuk diperiksa. Ringkasan uji normalitas data dengan uji liliefors
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Uji
Normalitas Data Dengan Uji Liliefors
Data
|
|
|
Kesimpulan
|
Pre-tes Eksperimen
|
0,1417
|
0,173
|
Normal
|
Pre-tes Kontrol
|
0,1567
|
||
post-tes
Eksperimen
|
0,0813
|
0,173
|
Normal
|
post-tes
Kontrol
|
0,1285
|
Berdasarkan
kriteria pengujian yaitu sampel berasal dari populasi berdistribusi normal jika
Lhitung< Ltabel. Dari tabel diperoleh bahwa nilai Lhitung<Ltabel,
dengan demikian sampel berasal dari populasi normal. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan awal seluruh anggota sampel sebelum menerima pembelajaran, baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol adalah sama.
Uji
Homogenitas Data
Pengujian homogenitas
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari populasi yang homogen atau tidak, dengan kata lain apakah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini dapat mewakili seluruh anggota populasi
yang ada. Pada masing-masing data pretes dan postes untuk kedua sampel
diperoleh hasil pengujian Fhitung < Ftabel maka dapat
disimpulkan bahwa sampel memiliki varians
yang homogen. Jika sebaliknya maka varians
tidak homogen :
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Varians
Data
|
Varians
|
|
|
Kesimpulan
|
Pre-tes Eksperimen
|
2,26
|
1,1061
|
2,66
|
Homogen
|
Pre-tes Kontrol
|
2,5
|
|||
post-tesEksperimen
|
5,75
|
1,4127
|
2,66
|
|
post-tesKontrol
|
4,07
|
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk pre-tes, artinya sampel dalam penelitian ini bersifat homogen dan dapat mewakili seluruh
anggota populasi yang ada.
4.2.2. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas data
tes akhir (post-tes) ternyata kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai
varians yang homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan
rata-rata dengan uji t. Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol akibat
pengaruh model pembelajaran Kooperatif
tipe NHT di kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh hasilnya sebagaimana ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Uji
Hipotesis
Data
|
Skor
rata-rata
|
|
|
Kesimpulan
|
Pre-tes Eksperimen
|
6,48
|
0,186
|
1,992
|
Kemampuan
awal kedua kelas adalah
sama
|
Pre-tes Kontrol
|
6,4
|
|||
post-tesEksperimen
|
15,4
|
8,4889
|
1,71
|
Kemampuan
akhir kedua kelas berbeda
|
post-tesKontrol
|
10,08
|
Dengan
memperhatikan tabel di atas, untuk Skor pre-tes kedua kelas diperoleh sehingga Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua kelas sebelum diberi pembelajaran adalah
sama pada taraf signifikan 5%.
Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
kemampuan awal kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Kemudian
setelah diberi pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
langsung pada kelas kontrol. Untuk Skor post-tes
kedua kelas pada taraf signifikan 5% diperoleh . Hal ini menunjukkan bahwa Ada pengruh yang signifikan penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT terhadap Hasil Belajar Siswa pada materi pokok
Demokrasi, di mana kemampuan akhir kelas eksperimen lebih baik dari kelas
kontrol.
Dari
hasil pengujian ini, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok
Demokrasi di kelas VIII Semester Ganjil SMP Swasta
T.D.Pardede Fondation T.
P 2014/2015. Berikut adalah tabel perbandingan
distribusi frekuensi Skor pre-tes dan
post-tes kedua kelas.
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi SkorPre-tesdan Skor Post-tesKelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
No
|
Skor
|
Frekuensi Skor
Pre-tes
|
Skor
|
Frekuensi Skor
Post-tes
|
||
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
|||
1
|
|
6
|
8
|
6 – 8
|
0
|
6
|
2
|
|
13
|
9
|
9 – 11
|
0
|
11
|
3
|
|
6
|
6
|
12 – 14
|
10
|
7
|
4
|
|
15 – 17
|
9
|
0
|
||
5
|
18 – 20
|
5
|
0
|
Diagram 4.1. Distribusi
Frekuensi Skor Pre-tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Diagram 4.2. Distribusi
Frekuensi SkorPost-tesKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.3. Pembahasan
Pada
penelitian ini hasil belajar siswa pada materi demokrasi dengan menggunakan
model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT lebih
baik dari hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini terlihat
dari uji yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf signifikan 5% dengan
Model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas siswa, membuat
pengajaran lebih melekat dan belajar optimis.
Model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikikreatif
yang memunculkan berbagai pertanyaan kemudian pertanyaan-pertanyaan siswa akan
dihubungkan dengan materi pelajaran, siswa juga dituntut untuk mengetahui
tujuan pembelajaran supaya siswa mengetahui sasaran pelajaran kemudian siswa
akan membuat ide-ide yang didiskusikan dengan teman kelompoknya dan
didemonstrasikan di depan kelas untuk
mengutarakan ide mereka masing-masing dan setelah itu siswa akan membuat kesimpulan.
Dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT proses belajar mengajar berjalan dengan lancar di mana siswa bergairah untuk belajar, tidak cepat
bosan dalam mengikuti pelajaran dan antusias mereka meningkat. Siswa memiliki
kreativitas dalam belajar dan menyelesaikan soal-soal dengan pemahaman
konsep yang jelas. Secara keseluruhan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, hasil belajar
siswa menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh
bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol
yang menggunakan model pembelajaran langsung. Kenyataan ini, pada uji hipotesis
menunjukkan bahwa skor rata-rata kelas eksperimen diperoleh Artinya penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelompok siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT pada materi demokrasi
menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan; Hasil belajar kelompok siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi demokratis
menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan, sedangkankelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada materi demokrasi memperoleh hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelompok siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran langsung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan teknik pengumpulan data,
analisis data, pengujian hipotesis penelitian, maka peneliti menarik kesimpulan
dan saran sebagai berikut.
a.
Kesimpulan
1.
Skor rata-rata hasil belajar siswa pada materi
Demokrasi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung diperoleh
dengan rata-rata 10,08.
2.
Skor rata-rata Hasil belajar siswa pada materi
Demokrasi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT diperoleh dengan rata-rata 15,4.
3. Berdasarkan
hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh artinya kemampuan akhir kelas eksperimen lebih
baik dibandingkan dengan kemampuan akhir kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok
Demokrasi di kelas VIII
Semester Ganjil SMP T.D. Pardede Fondation T.P 2014/2015.
b.
Saran
1.
Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT cocok digunakan
dalam proses belajar mengajar, karena telah terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi pokok Demokrasi di kelas VIII Semester Ganjil SMP Swasta T.D.Pardede Fondation T.P
2014/2015.
2.
Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
permasalahan yang sama, supaya melakukan penelitian pada lokasi dan materi yang
berbeda untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Dalam menggunakan model pembelajaran ini sebaiknya
diperhatikan kondisi kelas selama kegiatan belajar mengajar berlangsung supaya
kegiatan belajar lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S.,
(2009), Prosedur Penelitian, Jakarta:
Bumi Aksara
Djamarah.,
(2010), Model Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Lie,
Anita., (2002), Cooperative Learning,
Jakarta: Grasindo
Munandar., (2003), Pengembangan
Kreativitas Anak, Jakarta: Rineka Cipta.
________., (2005), Pengembangan
Kreativitas Anak, Jakarta, Rineka Cipta.
Rusman.
2011. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sagala, S. 2009.
Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung: Alpha Beta.
Subuni.,
N., (2011), Mengatasi Kesulitan Belajar,
Yogyakarta,:Javalitera.
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
http://www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar